Senin, 06 Mei 2013

JENIS CITRA PADA PENGINDRAAN JAUH

Kegiatan pengindraan jauh memberikan  produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera  atau hasil pengindraan yang telah dicetak
Citra dapat  dibedakan  menjadi dua, yaitu citra foto dan citra nonfoto.

1. Citra Foto
Citra foto adalah  gambaran suatu objek yang dibuat dari pesawat  udara, dengan  menggunakan kamera  udara  sebagai  alat pemotret. Hasilnya dikenal dengan  istilah foto udara. Citra foto dapat dibedakan menurut beberapa aspek, antara  lain sebagai berikut.

a.   Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum  elektromagnetik yang digunakan,  citra foto dapat dibedakan  menjadi 3, yaitu:
1)  Foto Ultraviolet
Foto Ultraviolet adalah  foto yang dibuat dengan  menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan  panjang  gelombang  0,29 mikrometer. Cirinya adalah mudah untuk mengenali  beberapa objek karena  perbedaan warna yang sangat kontras. Kelemahan  dari citra foto ini adalah tidak banyak informasi yang dapat disadap.  Foto  ini sangat  baik untuk  mendeteksi  tumpahan minyak  di laut, membedakan atap  logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan  kapur, juga untuk mengetahui, mendeteksi,  dan memantau sumber  daya air.
2)  Foto Ortokromatik
Foto Ortokromatik adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak  objek yang bisa tampak  jelas. Foto  ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20  meter.
3)  Foto Pankromatrik
Foto pankromatrik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata  manusia.  Pada  umumnya  digunakan  film sebagai  negatif dan kertas  sebagai  positifnya.  Wujudnya seperti  pada  foto,  tetapi  bersifat tembus cahaya.  Foto pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto infra merah.
a)    Foto Pankromatrik Hitam Putih
  1. rona  pada  objek  serupa  dengan  warna  pada  objek  aslinya,  karena kepekaan film sama dengan   kepekaan mata  manusia,
  2. resolusi spasialnya  halus,
  3. stabilitas dimensional  tinggi, dan
  4. foto pankromatrik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga  orang telah terbiasa menggunakannya.
Foto Pankromatrik digunakan dalam berbagai bidang, sebagai berikut.
  1. Di bidang pertanian, untuk pengenalan dan klasifikasi jenis tanaman, evaluasi kondisi tanaman, dan perkiraan  jumlah produksi tanaman,
  2. Di bidang  kehutanan, digunakan  untuk  identifikasi  jenis  pohon, perkiraan  volume kayu, dan perkembangan luas hutan,
  3.  Di bidang sumber  daya air, digunakan  untuk mendeteksi  pencemaran air, evaluasi kerusakan akibat banjir, agihan air tanah,  dan air permukaan,
  4. Di bidang perencanaan kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran jumlah dan agihan penduduk,  studi lalu lintas, studi kualitas perumahan, penentuan jalur transportasi, dan pemilihan  letak berbagai  bangunan penting,
  5. Penelitian  ekologi hewan  liar, berguna  untuk mendeteksi  habitat  dan untuk pencacahan jumlah populasinya, dan
  6.  Evaluasi dampak  lingkungan.
b)    Foto Infra Merah
Foto infra merah adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum  infra  merah  dekat,  dengan   panjang  gelombang   0,9  – 1,2 mikrometer, yang dibuat secara  khusus yang terletak pada  saluran merah dan  sebagian  saluran  hijau. Cirinya dapat  mencapai bagian  dalam  daun, sehingga  rona  pada  foto infra merah  daun  tidak ditentukan  berdasarkan warna tetapi  oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara foto infra merah dengan film pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya.
Foto infra merah mempunyai  beberapa keunggulan,  antara  lain:
  1. Mempunyai  sifat pantulan  khusus bagi vegetasi,
  2. Daya tembusnya  yang besar terhadap kabut tipis, dan
  3. Daya serap yang besar terhadap air.
Kelemahan  foto infra merah antara lain:
  1. Adanya  efek bayangan  gelap  karena  saluran  infra merah  dekat  tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan,
  2. Sifat tembusnya  kecil terhadap air, dan
  3. Kecepatan yang rendah  dalam pemotretan.
Infra merah  berwarna  mempunyai  keunggulan  pada  warnanya  yang tidak serupa  dengan  warna aslinya. Dengan  warna semu itu banyak objek pada  foto ini menjadi mudah  dikenali.
Foto  inframerah  berwarna  banyak  digunakan  dalam bidang:
  1. Kemiliteran,  untuk mengetahui kondisi suatu hutan,  karena tanaman tidak  akan  terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya;
  2. Bidang  pertanian dan  kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang  penyakit;
 b.  Berdasarkan  Arah Sumbu Kamera ke  Permukaan Bumi
Berdasarkan arah  sumbu  kamera  ke permukaan bumi,  citra  foto  dapat dibedakan  menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong  (miring).
  1.  Foto  vertikal atau  foto  tegak  (orto  photograph), yaitu foto  yang  dibuat dengan  sumbu kamera  tegak lurus terhadap permukaan bumi.
  2. Foto  condong  atau  miring  (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi.  Sudut  ini umumnya  sebesar  10 derajat atau  lebih besar,  tetapi  bila sudut condongnya masih berkisar antara  1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan  sebagai foto vertikal.
Foto condong dibedakan menjadi menjadi dua, sebagai berikut.
  1. Foto  agak  condong   (low oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak  cakrawalanya.
  2.  Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada  foto.
c.    Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
Berdasarkan jenis kamera  yang  digunakan,  citra  foto  dapat  dibedakan menjadi 2, yaitu foto tunggal dan foto jamak.
  1. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan  kamera  tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya  tergambar satu lembar foto.
  2. Foto  jamak,  yaitu beberapa foto  yang  dibuat  pada  saat  yang  sama  dan menggambarkan daerah  liputan yang sama.
d.  Berdasarkan Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu foto berwarna  semu dan foto berwarna  asli.
  1.  Foto  berwarna  semu  (false  color)  atau  foto  infra merah  berwarna.  Pada foto ini warna objek tidak sama dengan  warna foto. Misal, pada foto suatu vegetasi berwarna  merah  sedangkan  warna aslinya adalah hijau.
  2. Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.  Dalam foto berwarna  asli lebih mudah  penggunaannya karena  foto  yang  tergambar mirip dengan  objek aslinya.
e.   Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana  yang digunakan,  citra foto dapat  dibagi menjadi foto udara dan foto satelit.
  1.  Foto udara,  yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara.
  2.  Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.
2.  Citra Nonfoto
Citra nonfoto  adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan sensor.  Hasilnya dikenal dengan  istilah foto satelit.
Citra nonfoto  dapat  dibedakan  sebagai berikut.

a.  Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkan spektrum  elektromagnetik  yang  digunakan,  citra  nonfoto dibedakan  menjadi 2 sebagai  berikut.
  1. Citra  infra merah  termal,  yaitu citra yang  dibuat dengan  spektrum  infra merah  ther mal.  Pengindraan  pada  spektrum  ini berdasarkan  pada perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada  citra, tercermin  dengan adanya  perbedaan rona  atau warnanya.
  2. Citra  radar  dan  citra  gelombang  mikro,  yaitu citra  yang  dibuat  dengan spektrum  gelombang  mikro.  Citra  radar  merupakan hasil pengindraan dengan  sistem aktif yaitu dengan  sumber tenaga  buatan.  Citra gelombang mikro dihasilkan dengan  sistem pasif yaitu dengan  menggunakan sumber tenaga  alamiah.
 b.  Berdasarkan Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor  yang digunakan,  citra nonfoto  dibedakan  menjadi 2, sebagai  berikut.
  1. Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan  sensor tunggal.
  2. Citra multispektral,  yaitu citra yang dibuat dengan  sensor  jamak.
 c.    Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana  yang digunakan,  citra nonfoto  dibedakan  menjadi 2, sebagai  berikut.
  1. Citra dirgantara  (Airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan  wahana yang beroperasi  di udara (dirgantara).
  2. Contoh: citra infra merah thermal, citra radar, dan citra MSS.
  3. Citra  satelit  (Satellite/Spaceborne Image),  yaitu citra  yang  dibuat  dari antariksa  atau angkasa  luar. Citra ini dibedakan  menurut  penggunaannya, sebagai  berikut.
Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor, yaitu sebagai berikut.
  1. Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran, tekstur, pola, situs, bayangan, dan asosiasi.
  2. Ciri spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga, maka rona pada citra berwarna asli tampak cerah.
  3. Ciri temporal, adalah ciri yang terkait dengan umur dan waktu benda pada saat perekaman, misalnya rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak gelap.
a)      Citra Satelit untuk pengindraan planet. Contoh Citra Satelit Viking (AS), Citra Satelit Venera  (Rusia).
b)      Citra Satelit untuk pengindraan cuaca.  Contoh  NOAA (AS) dan Citra Meteor  (Rusia).
c)       Citra  Satelit  untuk  pengindraan sumber  daya  bumi.  Contoh   Citra Landsat  (AS), Citra Soyuz (Rusia), dan Citra SPOT  (Perancis).
d)      Citra  Satelit  untuk  pengindraan laut.  Contoh  Citra  Seasat  (AS) dan Citra  MOS (Jepang).

Perbedaan citra foto dan citra nonfoto
Variabel pembeda/jenis citra
Citra foto
Citra nonfoto
Sensor
Kamera
Nonkamera, berdasarkan
penyiaman (scanning). Kamera  yang detektornya bukan film
Detektor
Film
Pita magnetik, termistor, foto konduktif, foto voltaik, dan sebagainya
Proses perekaman
Fotografi/
kimiawi
Elektronik
Mekanisme perekaman
Serentak
Parsial
Spektrum elektromagnetik
Spektrum tampak
Spektra  tampak  dan  perluasannya, termal dan gelombang  mikro

Benda  yang  tergambar pada  citra  dapat  dikenali berdasarkan ciri yang terekam  oleh sensor,  yaitu sebagai berikut.
  1. Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran,  tekstur,  pola, situs, bayangan, dan asosiasi.
  2.  Ciri spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman  atau keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga,  maka rona pada  citra berwarna asli tampak  cerah.
  3. Ciri temporal, adalah ciri yang terkait dengan  umur dan waktu benda pada saat  perekaman, misalnya  rekaman  sungai  musim  hujan  tampak  cerah, sedang  pada  musim kemarau  tampak  gelap. 

DASAR-DASAR PENGINDRAAN JAUH

1.  Definisi Pengindraan Jauh
Istilah pengindraan jauh (remote sensing) pertama kali diperkenalkan  oleh  Parker  di Amerika  Serikat  pada  akhir  tahun  1950-an dari instansi  kelautan  Amerika  Serikat.  Pada awal tahun  1970-an, istilah serupa  juga di- gunakan  di Prancis  dengan  sebutan  “Telede- tection”, di Jerman dengan  istilah “Fenerkun- dung”  serta  di Spanyol  dengan  istilah “Tele- perception”.
Beberapa ahli mendefinisikan pengindraan jauh sebagai berikut.

a.  Menurut Lillesand dan Kiefer
Pengindraan jauh adalah  ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis  data yang diperoleh dengan menggunakan alat  tanpa  kontak  langsung  terhadap objek,  atau  gejala yang dikaji.

b.  Menurut Lindgren
Pengindraan jauh  adalah  berbagai  teknik  yang  dikembangkan  untuk memperoleh dan menganalisis  tentang  bumi.

c.    Menurut American Society of  Photogrametry
Pengindraan jauh  adalah  pengukuran atau  perolehan informasi  dari beberapa sifat objek atau fenomena dengan  menggunakan alat perekam yang secara  fisik tidak terjadi  kontak  langsung  atau  bersinggungan dengan  objek atau fenomena yang dikaji.

Dari beberapa definisi di atas da- pat disimpulkan tentang pengertian pengindraan jauh. Pengindraan jauh adalah suatu cara merekam objek, daerah atau gejala-gejala dengan menggunakan alat  perekam tanpa kontak langsung atau bersinggungan dengan  objek  atau  fenomena yang dikaji di permukaan bumi. Apabila di- analogikan,  pengindraan jauh seper- ti pada saat Anda memotret suatu ob- jek dengan   menggunakan  kamera biasa, dan dari hasil foto tersebut  kita bisa menganalisis kejadian  yang terjadi pada  saat itu. Misalnya pada  saat kita memperoleh gambar pemandangan, kita dapat menganalisis bahwa di sini ada A, ada B, dan sebagainya.

Untuk  mengindra   suatu  objek,  maka  diperlukan  suatu  alat.  Alat untuk mengindra  disebut sensor.  Sebenarnya manusia  juga mempunyai  sensor,  yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, dan sensor yang terdapat pada makhluk hidup  disebut  dengan  sensor  alamiah.  Dalam  pengindraan jauh sensor  yang digunakan  bukanlah  sensor  alamiah,  tetapi  sensor  buatan  yang  bisa berupa kamera,  magnetometer, sonar,  scanner,  dan radiometer.
Sensor  dalam  pengindraan jauh dibedakan  menjadi  2 jenis, yaitu sensor aktif dan sensor  pasif.
a.  Sensor  aktif, yaitu suatu alat yang dilengkapi  dengan  pemancar dan  alat penerima pantulan   gelombang. Contoh   pengindraan jauh  radar  dan pengindraan jauh sonar.
b.   Sensor  pasif,  yaitu sensor  yang  hanya  dilengkapi  dengan  alat penerima berupa  pantulan  gelombang  elektromegnetik.

2.  Komponen Sistem Pengindraan  Jauh
Pengindraan jauh sebagai  suatu  sistem  tidak bisa terlepas  dari beberapa bagian  yang  saling terkait  antara  komponen yang  satu  dengan  komponen lainnya. Secara  skematis sistem kerja dari pengindraan jauh dapat  dilihat pada gambar  di bawah  ini.
Komponen-komponen pengindraan jauh meliputi hal-hal berikut.

a.  Sumber Tenaga
Dalam  pengindraan jauh  harus  ada  tenaga  untuk  memantulkan  atau memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang digunakan adalah tenaga elektromagnetik, dengan  sumber utamanya  adalah matahari.  Tenaga  lain yang bisa digunakan adalah sumber tenaga buatan, sehingga dikenal adanya pengindraan jauh sistem pasif dan pengindraan jauh sistem aktif.

1)  Pengindraan Jauh Sistem Pasif
Pada  pengindraan jauh  sistem  pasif,  tenaga  yang  menghubungkan perekam dengan objek di bumi dengan menggunakan tenaga alamiah  yaitu matahari (dengan memanfaatkan tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya  bisa dilakukan pada  siang hari dengan  kondisi cuaca yang cerah.

2)  Pengindraan Jauh Sistem Aktif
Pada pengindraan jauh sistem aktif, perekamannya dilakukan dengan tenaga   buatan  (dengan  tenaga   pancaran), sehingga  memungkinkan perekamannya dapat  dilakukan pada  malam hari maupun  siang hari, dan di segala cuaca.

b.  Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari  yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua  spektrum  elektromagnetik mampu  menembus lapisan  atmosfer, hanya sebagian kecil saja yang mampu menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan gas. Hambatan atmosfer  ini berupa serapan, pantulan,   dan  hamburan.  Hamburan adalah  pantulan  ke  segala  arah  yang disebabkan oleh benda-benda yang permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau  oleh  benda-benda kecil lainnya yang  berserakan. Bagian  dari spektrum  elektromagnetik yang  mampu  menembus atmosfer  dan  sampai  ke permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 mikrometer  hingga  0,7  mikrometer.

c.  Interaksi antara Tenaga dan Objek
Setiap objek mempunyai  sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak lebih cerah, sedangkan  objek yang pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak  gelap.
Interaksi antara  tenaga  dengan  objek dibagi menjadi 3 variasi, yaitu:
1)    variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah dan gelap,
2)    variasi spasial, mendasarkan pada  perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran,  tinggi, serta panjang, dan
3)    variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.

d.  Sensor
Sensor  berfungsi untuk menerima  dan merekam  tenaga  yang datang  dari suatu objek. Kemampuan sensor dalam merekam  objek terkecil disebut dengan resolusi spasial. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

1)    Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebagai detektornya yang bekerja pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk foto udara.

2)    Sensor Elektronik
Sensor  elektronik  menggunakan tenaga  elektrik dalam  bentuk  sinyal elektrik yang beroperasi  pada  spektrum  yang lebih luas, yaitu dari sinar X sampai gelombang radio dengan pita magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor  elektrik ini adalah dalam bentuk citra.

e.  Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual  secara visual, maupun dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan menggunakan cara manual yaitu cara memperoleh data dengan  menginterpretasi foto udara secara visual. Perolehan data  dengan  cara numerik  atau  digital yaitu dengan  menggunakan data digital melalui komputer.

f.   Pengguna Data (User)
Tingkat keberhasilan  dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh  pengguna data.  Kemampuan pengguna data  dalam  menerapkan hasil pengindaraan jauh juga dipengaruhi  oleh pengetahuan yang mendalam  tentang disiplin ilmu masing-masing  maupun  cara  pengumpulan data  dari  sistem pengindraan jauh. Data yang sama dapat  digunakan  untuk mencari  info yang berbeda  bagi  pengguna (user) yang  berbeda  pula.  Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh akan  menentukan dapat  diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh pengguna (user).

MEMBUAT PETA

1.    Syarat-syarat Membuat Peta
Ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan dalam membuat peta agar dapat dibawa dan dipergunakan sesuai dengan tujuan. Syarat- syarat itu ialah sebagai berikut.
a)    Arahnya benar dan tepat. Biasanya arah utara ditempatkan pada bagian atas.
b)   Jarak yang benar, sesuai dengan skala yang telah ditetapkan.
c)    Bentuk yang benar, mendekati atau konform dengan yang sesungguhnya.
d)   Luasnya benar atau sama (mendekati) dengan luas yang sesungguhnya.
e)   Ada keterangan singkat (legenda) mengenai keadaan peta tersebut.
Sebelum kita melangkah pada proses pembuatan peta, kita harus merumuskan hal-hal berikut.
1)    Menentukan jenis peta yang akan kita buat.
2)    Menentukan bentuk proyeksinya.
3)    Menentukan skalanya.
4)    Merumuskan lambang atau simbol yang diperlukan, sesuai dengan jenis atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.    Langkah-langkah Membuat Peta
Langkah umum yang harus kita lakukan dalam proses pembuatan peta adalah:
a)    Pengumpulan data, yaitu dengan cara pengukuran luas, tinggi, dan kemiringan   permukaan bumi yang akan dipetakan. Kegiatan ini dilakukan dengan pemotretan dari udara.
b)   Penggambaran hasil pengumpulan data dalam rancangan peta.
c)    Pencetakan (produksi) peta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3.    Menggambar Peta dalam Berbagai Jenis dan Tujuan
a.    Menggambar Peta Suhu dan Curah Hujan
Data yang kita perlukan untuk menggambar peta jenis ini ialah:
1)    banyaknya atau intensitas pancaran matahari (isolasi) yang biasanya dinyatakan dalam persen (%),
2)    curah hujan (presipitasi) yang dinyatakan dalam milimeter atau inci, dan
3)    suhu udara yang dinyatakan dalam derajat celcius (°C), derajat Fahrenheit (°F), derajat Reamur (°R), atau derajat Kelvin (°K).
Data tersebut dapat diperoleh dari badan Meteorologi dan Geofisika yang ada di daerah kita.
Mengenai besarnya atau jenisnya skala yang akan dipergunakan, kita tentukan sesuai dengan keperluan. Sedangkan mengenai simbol-simbol, kita menggunakan simbol-simbol cuaca menurut persetujuan Internasional, kecuali bagi keadaan yang menunjukkan hal-hal yang khusus.
b.    Menggambar Peta Penyebaran Hasil Bumi dan Laut
Tidak jauh berbeda dengan proses menggambar peta suhu dan curah hujan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data mengenai hasil-hasil bumi dan laut dari setiap daerah (misalnya tiap provinsi) dalam satu periode tertentu. Tempatkan simbol-simbolnya pada setiap daerah yang memiliki hasil bumi dan laut sesuai dengan data yang kita peroleh. Penempatan simbol-simbol itu harus jelas dan tepat agar orang yang membaca peta tersebut dengan cepat dapat mengambil kesimpulan.

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

1. Pengertian

Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam proyeksi peta yaitu:
  1. Bentuk yang diubah harus tetap
  2. Luas permukaan yang diubah harus tetap,
  3. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan yang diubah harus tetap, 
  4. Sebuah peta yang diubah tidak boleh mengalam penyimpangan arah.
Dengan demikian, pada prinsipnya bahwa dengan proyeksi peta diharapkan penggambaran permukaan bumi ke dalam peta tidak terlalu menyimpang dari aslinya, atau dapat mendekati bentuk yang sebenarnya.

2.    Bentuk-bentuk Proyeksi Peta

Menurut bidang proyeksinya, proyeksi peta dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu proyeksi azimuthal, proyeksi kerucut, dan proyeksi silinder.

a.    Proyeksi Azimuthal
Proyeksi azimuthal ialah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi bentuk ini terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut.
  1. Proyeksi gnomonik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletak di pusat lingkaran.
  2. Proyeksi stereografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya berpotongan (berlawanan) dengan bidang proyeksi.
  3.  Proyeksi orthografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletak jauh di luar lingkaran.
b.    Proyeksi Kerucut
Proyeksi bentuk ini diperoleh dengan jalan memproyeksikan globe pada bidang kerucut yang melingkupinya. Puncak kerucut berada di atas kutub (utara) yang kemudian direntangkan. Proyeksi dengan cara ini akan menghasilkan gambar yang baik (relatif sempurna) untuk di daerah kutub utara dan di daerah kutub selatan.

c.    Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder diperoleh dengan jalan memproyeksikan globe pada bidang tabung (silinder) yang diselubungkan, kemudian direntangkan.

d.    Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi peta yang terkenal dan sering digunakan. UTM merupakan proyeksi silinder yang mempunyai kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala1. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BT dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.
Perbedaan proyeksi UTM dengan proyeksi lainnya terletak pada koordinatnya. Proyeksi lain mengenal koordinat negatif sedangkan proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif. Dengan dibuatnya koordinat semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM mempunyai angka positif. Koordinat semu di (0, 0) adalah + 500.000 m dan
+ 0 m untuk wilayah di sebelah utara ekuator atau
+ 10.000.000 m untuk wilayah di sebelah ekuator. Keunggulan sistem UTM adalah
  1. setiap zone memiliki proyeksi simetris sebesar 6°,
  2. rumus proyeksi UTM dapat digunakan untuk transformasi zone di seluruh dunia,
  3. distorsi berkisar antara 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
  4. Sifat-sifat graticule dalam Proyeksi UTM
  • Garis melengkung yang berarah utara-selatan adalah garis proyeksi meridian.
  • Garis proyeksi meridian tengah (central meridian) berupa garis lurus.
  • Garis proyeksi meridian lainnya akan melengkung ke arah meridian tengah.
  • Garis melengkung yang berarah barat-timur adalah garis proyeksi paralel.
  • Garis proyeksi paralel yang berada di sebelah utara ekuator akan melengkung ke arah proyeksi kutub utara.
  • Garis proyeksi paralel yang berada di sebelah selatan ekuator akan melengkung ke arah proyeksi kutub selatan.
  • Garis proyeksi lingkaran ekuator berupa garis lurus berarah barat-timur.
  • Jarak antara dua garis proyeksi meridian yang berurutan adalah tetap untuk suatu lintang tertentu, tetapi berubah-ubah untuk setiap perubahan lintang.
  • Jarak antara dua garis proyeksi paralel yang berurutan tidak tetap.
  • Semua koordinat geodetis dihitung terhadap meridian Greenwich sebagai bujur nol dan terhadap lingkaran ekuator sebagai lintang nol.
1)    Lembar Peta Global
  • Penomoran setiap lembar bujur 6° dari 180° BB 180° SBT menggunakan angka 1-60.
  • Penomoran setiap lembar arah paralel 80°-84° LU menggunakan huruf C X dengan tidak menggunakan huruf I dan O. Selang setiap 8° mulai 8° LS 72° LU atau C W.
2)    Lembar Peta UTM di Indonesia
Aplikasi UTM untuk Indonesia adalah dengan membagi Indonesia ke dalam sembilan zone UTM. Dimulai dari meridian 90° BT hingga 144° BT, mulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT hingga zone 54 (meridian sentral 141°)

3)    Lembar Peta UTM Skala 1 : 25.000 di Indonesia
  • Ukuran satu lembar peta skala 1 : 25.000 adalah 7 1/2 x 7 1/2.
  • Satu lembar peta skala 1 : 50.000 dibagi menjadi empat bagian lembar pada skala 1 : 25.000.
  • Penomoran menggunakan huruf kecil a, b, c, d dimulai dari pojok kanan atas searah jarum jam.
Aplikasi UTM untuk Indonesia adalah dengan membagi Indonesia kedalaman 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90°BT hingga 144°, mulai dari zone 46 (Meridian sentral 93°BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141°BT).

e.   World Geodetic System 1984 (WGS 84)
WGS 84 adalah sistem yang saat ini digunakan oleh sistem navigasi satelit GPS (Global Positioning System) berdasarkan peningkatan kualitas dari WGS 84 yang dilakukan secara berkesinambungan, sudah dikenal tiga sistem yaitu WGS 84, WGS 84 (G730), dan WGS 84 (G873).

3.    Skala Peta

a.    Pengertian
Skala peta ialah perbandingan jarak antara dua titik peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan secara mendatar. Skala peta berfungsi sebaik memberi keterangan mengenai besarnya pengecilan atau redusi peta tersebut dari yang sesungguhnya.

b.    Macam-macam Skala Peta
Skala peta dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1)    Skala Pecahan (Numeral Scale)
Skala pecahan dinyatakan dalam rumus:

Skala =Jarak pada peta / Jarak sesungguhnya
                   
Contoh:
Pada suatu peta tertulis skala = 1 : 1.000.000. Ini berarti jarak 1 cm dalam peta mewakili 1.000.000 cm atau 10 km dalam lokasi sesungguhnya.

2)    Skala Inci (Inci to Mile Scale)
Skala inci yaitu skala yang menunjukkan jarak 1 inci di peta sama dengan sekian mil di lapangan.
Contoh:
Pada suatu peta tertulis skala = 1 inc - 4 miles. Ini berarti 1 inci di dalam peta mewakili 4 mil di lapangan.

3)    Skala Grafik (Graphic Scale)
Skala grafik yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi menjadi beberapa bagian dengan panjang yang sama. Pada setiap bagian menunjukkan satuan panjang yang sama pula.
Contoh:
1 cm = 1 km
Ini artinya jarak 1 cm dalam peta sama panjangnya dengan 1 km dalam lokasi sesungguhnya.

Selain jenis di atas, skala peta menurut besar kecilnya dapat dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a)    skala teknik, yaitu skala antara 1 : 100 s.d. 1 : 5.000,
b)    skala besar, yaitu skala antara 1 : 5.000 s.d. 1 : 250.000,
c)    skala medium, yaitu skala antara 1 : 250.000 s.d. 1 : 500.000, d)    skala kecil, 
       yaitu skala antara 1 : 500.000 s.d. 1 : 1.000.000.

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS PETA

1.    Pengertian
Peta ialah gambaran permukaan bumi yang lebih terperinci dan diperkecil menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar sebagaimana penampakannya dari atas. Secara umum, peta berfungsi untuk:
a)    menunjukkan lokasi pada permukaan bumi;
b)   menggambarkan luas dan bentuk berbagai gejala, baik gejala alamiah maupun gejala insaniah;
c)    menentukan arah serta jarak suatu tempat;
d)   menunjukkan ketinggian atau kemiringan suatu tempat;
e)   menyajikan persebaran sifat-sifat alami dan nonalami;
f)     melukiskan luas dan pola;
g)    memungkinkan pengambilan kesimpulan dari data atau informasi yang tersaji, serta;
h)   memperlihatkan gerak perubahan dan prediksi dari pertukaran barang-barang persebaran aktivitas industri, arus produksi, mobilitas manusia, dan sebagainya.
Suatu peta dikatakan baik dan lengkap apabila memuat unsur-unsur sebagai berikut.
a.    Judul Peta
Judul peta terletak di bagian atas yang biasanya menyebutkan jenis peta, lokasi wilayah yang dipetakan, serta keadaan yang digambarkan dalam peta tersebut.
b.    Skala Peta
Merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak dalam peta jika dibandingkan dengan jarak sesungguhnya.
c.    Tanda Arah
Tanda arah atau sering pula disebut mata angin, biasanya menyerupai panah yang ujungnya runcing menunjukkan arah utara.
d.    Tata Warna
Penggunaan warna pada peta bertujuan untuk memperjelas atau mempertegas objek-objek yang ingin ditampilkan.
e.    Simbol Peta
Merupakan tanda-tanda konvensional yang umum dipakai untuk mewakili keadaan yang sesungguhnya ke dalam peta. Simbol peta dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Simbol fisiografis, seperti: relief, hidrologis, oseanologis, klimatologis, dan sebagainya.
2) Simbol kultur, seperti: jalur transportasi, batas wilayah, dan sebagainya.
f.     Lettering
Lettering ialah semua tulisan atau pun angka yang lebih mempertegas arti dari simbol-simbol yang ada.
g.    Legenda
Merupakan usaha memperjelas keterangan dari simbol yang ada dalam peta. Biasanya terletak di bagian tepi peta.
h.    Inset Peta
Merupakan upaya untuk memberikan tekanan terhadap sesuatu yang ada dalam peta. Inset peta bertujuan untuk:
1) menunjukkan lokasi yang penting, tetapi kurang jelas dalam peta, dan
2) mempertajam atau memperjelas salah satu bagian peta.
i.     Garis Astronomis
Berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat. Biasanya hanya dibuat tanda di tepi atau pada garis tepi dengan menunjukkan angka derajat, menit, dan detiknya tanpa membuat garis bujur atau lintangnya.
j.     Garis Tepi
Biasanya dibuat rangkap. Garis ini dapat dijadikan pertolongan dalam membuat peta pulau, atau suatu wilayah agar tepat di tengah-tengahnya.
k.    Tahun Pembuatan
Tahun pembuatan atau reproduksi berlainan dengan tahun keadaan peta. Misalnya, peta yang kita buat adalah tentang sebaran penduduk Indonesia tahun 2000, yang kita buat pada tahun 2006, maka dalam judul harus kita cantumkan “Peta Sebaran Penduduk Indonesia Tahun 2000”. Sedangkan, di luar garis kita tuliskan tahun reproduksinya, yaitu tahun 2006.

2.    Jenis-jenis Peta
Menurut jenisnya, peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a.    Jenis Peta Berdasarkan Skalanya
1) Peta teknik/kadaster, yaitu peta yang berskala 1 : 100 s.d. 1 : 5000.
2) Peta berskala besar, 1 : 5.000 s.d. 1 : 250.000.
3) Peta berskala medium, 1 : 250.000 s.d. 1 : 500.000.
4) Peta berskala kecil, 1 : 500.000 s.d. 1.000.000.
b.    Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek
1)    Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat. Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta perluasan tambang, dan sebagainya.
2)    Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap. Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.
c.    Jenis Peta Topografi
Yang dimaksud peta topografi adalah peta yang menggambarkan konfigurasi permukaan bumi. Peta ini dilengkapi dengan penggambaran, antara lain, perairan (hidrografi), kebudayaan, dan sebagainya.
d.   Jenis Peta Statistik
1)    Peta statistik distribusi kualitatif, adalah peta yang menggambarkan kevariasian jenis data, tanpa mem- perhitungkan jumlahnya, contohnya: peta tanah, peta budaya, peta agama, dan sebagainya.
2)    Peta statistik distribusi kuantitatif, adalah peta yang menggambarkan jumlah data, yang biasanya berdasarkan perhitungan persentase atau pun frekuensi. Misalnya, peta penduduk, peta curah hujan, peta pendidikan, dan sebagainya.
e.   Jenis Peta Berdasarkan Fungsi atau Kepentingan Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan menjadi:
1)    peta geografi dan topografi;
2)    Peta geologik, hidrologi, dan hidrografi;
3)    peta lalu lintas dan komunikasi;
4)    peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta bahasa, peta ras;
5)    peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan;
6)    peta cuaca dan iklim;
7)    peta ekonomi dan statistik.